Dari masa pemerintahan Alexander Agung hingga bentuknya yang modern, kota ini tetap menjadi mercusuar pengetahuan, keragaman, dan keindahan. Daya tariknya yang tak lekang oleh waktu berasal dari…
Mekkah (bahasa Arab: Makkah al-Mukarramah) adalah kota yang sangat penting secara global sebagai tempat tersuci dalam Islam. Terletak di pegunungan Hijaz di bagian barat Arab Saudi, kota ini adalah tempat kelahiran Nabi Muhammad dan arah (kiblat) yang dihadapi umat Islam di seluruh dunia saat salat. Dengan populasi metropolitan sekitar 2,4 juta jiwa pada tahun 2022, Mekkah adalah kota terbesar ketiga di Arab Saudi. Selama ibadah haji tahunan, populasinya meningkat lebih dari tiga kali lipat karena jutaan peziarah datang (misalnya, 2,49 juta orang menunaikan haji pada tahun 2019). Masjidil Haram di Mekkah (Masjid al-Haram) mengelilingi Kakbah, "Rumah Allah," yang merupakan titik fokus ibadah Islam. Menurut salah satu sumber, masjid ini "dibangun untuk menutupi Kakbah, tempat suci paling suci dalam Islam" dan "menerima jutaan jamaah setiap tahun". Dalam tradisi Muslim, Mekkah dimuliakan di atas semua kota.
Nama Mekkah muncul dalam teks-teks Islam awal sebagai Bakkah (فَعْلَة), yang diidentifikasi dalam Al-Qur'an sebagai "Rumah ibadah pertama bagi umat manusia" (dibangun oleh Abraham dan Ismail). Nama resminya Makkah al-Mukarramah berarti "Mekkah yang Terhormat." Dalam penggunaan sekuler, "Mekkah" bahkan telah menjadi metafora untuk tempat mana pun yang menarik banyak orang, yang mencerminkan perannya yang menarik bagi para peziarah. Semua peziarah Muslim di dunia akhirnya berkumpul di sini, yang memberikan status unik Mekkah. Hukum Saudi melarang non-Muslim memasuki kota tersebut, yang menggarisbawahi karakternya yang eksklusif Islam.
Daftar isi
Jauh sebelum Islam, Mekkah sudah menjadi tempat suci dan pusat perdagangan yang penting. Tradisi suku Arab menyatakan bahwa patriark Abraham (Ibrahim) dan putranya Ismail pernah membangun kembali Kakbah atas perintah ilahi. Selama berabad-abad Kakbah menjadi Rumah Allah yang simbolis, bahkan saat itu menjadi pusat ziarah tahunan oleh suku-suku Badui yang bermusuhan. Ziarah ini merupakan lembaga sosial yang penting: setiap tahun, perseteruan suku dikesampingkan sehingga semua klan dapat berkumpul untuk beribadah dan berdagang. Dalam tradisi Islam, Kakbah menampung 360 berhala (satu untuk setiap hari pra-Islam dalam setahun), termasuk berhala utama bernama Hubal. Arkeolog dan sejarawan mencatat bahwa wilayah inti Mekkah dinyatakan sebagai tempat suci di mana tidak ada pertempuran yang dapat terjadi dalam jarak sekitar 30 km dari Kakbah. Zona gencatan senjata ini membantu menjadikan kota tersebut sebagai titik ziarah dan dengan demikian menjadi pusat utama perdagangan.
Sebelum Islam, kafilah dagang menjadikan Mekkah sebagai pusat aliansi suku yang longgar. Kafilah unta membawa rempah-rempah, tekstil, barang dari kulit, dan logam dari Arabia selatan, Afrika, dan Timur Jauh ke utara (Suriah, Irak, dan sekitarnya), dan kembali dengan membawa uang, senjata, gandum, dan anggur. Perjanjian dengan Bizantium dan Badui setempat menjamin jalur yang aman bagi kafilah ini, dan pedagang Quraisy Mekkah menjadi kaya dalam prosesnya. Beberapa sarjana modern memperdebatkan seberapa luas perdagangan internasional ini sebenarnya, tetapi tradisi Arab merayakan Mekkah sebagai persimpangan perdagangan kuno.
Narasi Islam menceritakan kejadian-kejadian luar biasa di Mekkah sebelum misi Muhammad. Pada tahun 570 M – tahun kelahiran Nabi secara tradisional – seorang penguasa Kristen Abyssinia bernama Abrahah berbaris menuju Mekkah dengan maksud menghancurkan Kakbah (peristiwa ini dikenal sebagai Tahun Gajah). Menurut legenda, gajah perang Abrahah berhenti di pinggiran Mekkah dan menolak untuk masuk, dan sekawanan burung kecil kemudian menghancurkan para penyerbu. Kisah ini, yang diperingati dalam Al-Qur'an bab Al-Fīl (“Gajah”), memperkuat aura suci Mekkah.
Geografi kota ini menjadikannya persimpangan perdagangan regional. Terletak di jalur kafilah antara Samudra Hindia dan kawasan Mediterania, Mekkah menarik para pedagang dari banyak negeri. Catatan sejarah menggambarkan barang-barang dari Yaman, Afrika, dan Asia melewati Mekkah dalam perjalanan menuju Suriah dan Irak. Para pemimpin Mekkah menandatangani aliansi dan perjanjian hak atas air untuk melindungi kafilah-kafilah ini. Sebagai balasannya, Mekkah memasok kafilah-kafilah dengan produk-produk lokal (seperti kulit dan tanduk) dan dengan perbekalan penting untuk perjalanan di padang pasir. Seperti yang dicatat oleh salah satu sumber, pada akhir abad ke-6 keunggulan Mekkah dalam perdagangan telah menyatukan sebagian besar wilayah Arabia. Meskipun Mekkah tidak pernah menjadi ibu kota politik pada era ini, kepentingan keagamaan dan komersialnya telah mapan pada masa Muhammad.
Pada tahun 570 M, Muhammad lahir dari suku Quraisy di Mekkah. Selama sebagian besar masa mudanya, Mekkah tetap menjadi kota gurun yang relatif sederhana dengan tradisi suku yang kental. Pada usia 40 tahun (sekitar tahun 610 M), Muhammad mulai menerima wahyu ilahi di sebuah gua gunung bernama Hira di dekat Jabal al-Nour. Ia mengajarkan monoteisme ketat yang bertujuan untuk mereformasi masyarakat Mekkah. Pesan ini menantang penyembahan berhala yang merajalela di Kakbah, yang memicu pertentangan keras dari para elit kota. Sumber-sumber Islam menekankan bahwa Kakbah di Mekkah – yang pernah dipenuhi berhala – akan direklamasi sebagai rumah Tuhan yang esa.
Khotbah Nabi Muhammad awalnya hanya mendapat sedikit pengikut, tetapi juga berujung pada penganiayaan. Dengan hanya beberapa lusin orang yang pindah agama, komunitas Muhammad mengalami pelecehan selama sekitar 13 tahun. Pada tahun 622, Nabi Muhammad dan para pengikutnya meninggalkan Mekkah dalam Hijrah (migrasi) ke Madinah, yang menandai dimulainya kalender Muslim. Di Madinah, Muhammad membangun komunitas yang lebih besar dan kemudian (629–630 M) merundingkan penaklukan Mekkah. Ketika Muhammad kembali ke Mekkah pada tahun 630 M, ia memerintahkan penghancuran berhala-berhala di Kakbah, yang memurnikannya dari politeisme.
Setelah penaklukan pada tahun 630 M, Mekkah secara resmi dinyatakan sebagai tempat suci umat Islam. Muhammad dan para sahabatnya menyelamatkan kota itu dan menyatukan penduduknya ke dalam komunitas Muslim. Kakbah didedikasikan kembali untuk menyembah Allah semata. Setelah itu, Mekkah menjadi titik fokus ibadah haji, yang ditetapkan Islam sebagai salah satu dari Lima Rukunnya. Umat Muslim dari semua suku kini dipersatukan oleh geografi suci bersama. Dalam beberapa dekade berikutnya, penduduk Mekkah sebagian besar setia kepada Islam. Kota itu tidak mengalami kemunduran; sebaliknya, secara bertahap menjadi pusat kehidupan keagamaan dan akademis yang berkembang. Bahkan setelah kematian Muhammad pada tahun 632 M, Mekkah terus menarik peziarah dari seluruh dunia Muslim, jauh sebelum menjadi ibu kota kekaisaran mana pun. Identitasnya sebagai Umm al-Qurā (“Ibu Kota”) berasal dari era dasar ini.
Setelah Muhammad, Mekkah tidak pernah menjadi ibu kota kekaisaran, tetapi para penguasa Muslim dari semua dinasti bertanggung jawab atas pemeliharaannya. Penguasa kekhalifahan (Yang Terbimbing dengan Benar, Umayyah, dan Abbasiyah) berinvestasi dalam sistem penyediaan air, tembok, dan masjid di kota tersebut. Pada tahun 683 dan 692 M, Mekkah mengalami dua pengepungan oleh pasukan Umayyah selama pertikaian internal. Pada tahun 930 M, kota tersebut diserbu dan dijarah sebentar oleh sekte Qarmatian heterodoks dari Arabia timur. Pandemi Maut Hitam mencapai Mekkah pada tahun 1349, yang menyebabkan kesulitan lebih lanjut. Catatan perjalanan dari era ini (seperti yang ditulis oleh Ibnu Batutah) menggambarkan Mekkah sebagai kota besar dan sederhana yang dikhususkan untuk Kakbah, dengan para peziarah mengelilinginya untuk beribadah.
Sepanjang periode abad pertengahan, dinasti Syarifian (keturunan Nabi) setempat memerintah Mekkah di bawah kedaulatan nominal kekhalifahan. Mereka memungut pajak haji, menjaga ketertiban, dan mengawasi perluasan Masjidil Haram di sekitar Kakbah. Jumlah jamaah haji bertambah seiring waktu, dan kota abad pertengahan tersebut masih relatif padat – banyak rumah dari batu hidup berdampingan dengan kebun kurma dan ruang terbuka di lembah sekitarnya.
Pada tahun 1517, Syarif Mekkah secara resmi mengakui kekuasaan Ottoman saat Sultan Selim I mencaplok Hijaz. Syarif mempertahankan otonomi lokal yang substansial, tetapi sejak saat itu Mekkah berada di bawah perlindungan Ottoman. Ottoman dan kemudian gubernur Mesir Muhammad Ali Pasha mengirim para insinyur untuk melindungi kota dari banjir dan untuk memelihara fasilitas penginapan peziarah.
Selama periode ini, campuran demografi kota mulai berubah. Selain penduduk setempat, Mekkah menjadi tempat tinggal bagi komunitas tetap kaum terpelajar Sunni (sering kali orang Arab atau Asia Tengah), kaum Syiah Persia, dan pedagang dari India, Indonesia, dan Afrika Timur. Penduduk ini melayani para peziarah dan memperkaya budaya kota. Pelancong Inggris yang terkenal, Richard Burton, menggambarkan Mekkah pada pertengahan abad ke-19 sebagai kota yang bersih, sederhana, dan kosmopolitan – termasuk hotel-hotel megah untuk para peziarah saat itu – meskipun hanya sejumlah kecil orang luar yang dapat berkunjung secara diam-diam.
Abad ke-20 membawa perubahan dramatis. Selama Perang Dunia I, Sharif Mekkah memimpin Pemberontakan Arab (1916) melawan kekuasaan Ottoman, membebaskan kota itu untuk sementara. Pada tahun 1924 keluarga Saud yang baru naik daun menaklukkan Mekkah dan mencaploknya ke Arab Saudi. Negara Saudi memulai proyek-proyek modernisasi yang ambisius: jalan raya baru, perluasan sistem air dan listrik, dan bangunan berskala besar. Yang terpenting, Masjidil Haram mengalami beberapa kali perluasan: perluasan besar pertama Saudi dimulai pada tahun 1955 dan selesai pada tahun 1973, meningkatkan luas masjid menjadi lebih dari 152.000 meter persegi (dengan kapasitas ~500.000 jamaah). Perluasan besar kedua diluncurkan pada tahun 1984 (ekspansi Raja Fahd) semakin melipatgandakan kapasitasnya menjadi lebih dari 820.000. Akibatnya, pusat kota kuno sebagian besar telah dirombak; beberapa kawasan abad pertengahan dibersihkan untuk jalan raya baru dan kompleks Abraj Al-Bait (Menara Jam) yang besar, yang dengan ketinggian 601 meter merupakan salah satu bangunan tertinggi di dunia.
Kini, Mekkah memadukan kesuciannya yang telah berusia berabad-abad dengan lanskap kota yang modern dan berkilauan. Gedung-gedung pencakar langit, hotel-hotel mewah, dan kompleks perbelanjaan berjejer di jalan-jalan di sekitar Masjidil Haram, berdiri di belakang rumah-rumah kota tua dari batu yang masih terlihat di antara semuanya. Pembangunan kembali yang cepat ini telah menuai kontroversi: para sejarawan mencatat bahwa sebagian besar (beberapa memperkirakan lebih dari 90%) bangunan dan makam Mekkah yang berusia ribuan tahun telah dihancurkan dalam beberapa dekade terakhir. Pemerintah Saudi bersikeras bahwa proyek-proyek ini diperlukan untuk menampung jamaah haji, dan memang proyek-proyek ini telah meningkatkan kapasitas Masjid secara signifikan. Kisah Mekkah dari abad ke-7 hingga kini merupakan kisah tentang kesinambungan dan transformasi, yang menggabungkan perannya sebagai tempat lahirnya Islam dengan tuntutan kota global.
Di tengah kota suci umat Islam berdiri Kakbah, kuil batu berbentuk kubus di dalam Masjidil Haram. Tradisi menyatakan bahwa Rumah suci ini pertama kali dibangun oleh Abraham (Ibrahim) dan putranya Ismail sebagai tempat suci monoteistik. Pada masa pra-Islam, bangunan ini dipenuhi dengan berhala, tetapi bentuknya yang bersih dipulihkan oleh Muhammad pada tahun 630 M ketika ia mengembalikan Mekkah ke monoteisme. Makna Kakbah mutlak: itu adalah kiblat (arah) yang dituju lebih dari satu miliar umat Islam untuk berdoa lima kali sehari, dan menyelesaikan tawaf di Kakbah adalah ritual penting baik haji maupun umrah. Menurut salah satu deskripsi yang otoritatif, Kakbah adalah "kuil paling suci dalam Islam," jantung spiritual kota. Dindingnya dibungkus kain hitam yang mewah (kiswah) dan salah satu sudutnya menampung Batu Hitam yang dihormati (Hajar al-Aswad), yang diyakini oleh umat Islam berasal dari zaman Abraham.
Kakbah saat ini adalah sebuah kubus batu sederhana setinggi sekitar 12 m, tetapi sejarahnya telah berlangsung selama ribuan tahun. Dalam kepercayaan Islam, Tuhan awalnya memerintahkan Abraham untuk membangun "Rumah Tuhan" di situs ini. Kemudian, berbagai suku membangun kembali dan merenovasinya; misalnya, tradisi Al-Qur'an mencatat bahwa Abraham dan Ismail "menjadikannya tempat ibadah bagi manusia" (Al-Qur'an 2:125). Struktur tersebut rusak oleh banjir dan kebakaran selama berabad-abad; selama pengepungan Umayyah tahun 683 M, Kakbah terbakar dan kemudian dibangun kembali. Yang paling terkenal, ketika Muhammad menaklukkan Mekkah, ia membersihkan banyak berhala di tempat suci itu, menguduskannya untuk menyembah Allah saja. Setelah kematiannya, khalifah berturut-turut dan penguasa Syarifian terus merenovasi Kakbah dan masjid di sekitarnya. Misalnya, batu Kakbah diperbesar oleh khalifah Abbasiyah al-Mahdi, dan banyak ubin dan kaligrafi era Ottoman tetap ada di bagian dalam. Pada masa modern, Kakbah telah terbungkus oleh perluasan masjid yang megah, tetapi ia masih berada di pusat masjid, berdiri sendiri dan dapat diakses oleh para peziarah.
Peran Kakbah dalam ritual Islam tidak tertandingi. Setiap Muslim, di mana pun mereka berada, menghadap Kakbah saat berdoa – sebagai pengingat persatuan setiap hari. Jemaah yang melakukan haji dan umrah harus mengitari (melakukan tawaf di sekitar) Kakbah tujuh kali, sebuah praktik yang ditelusuri kembali ke Abraham dan Hagar dalam tradisi Islam. Di antara Kakbah dan sepasang bukit kecil (Safa dan Marwah) di dalam masjid yang sama, para jemaah melakukan Sa'i (berlari atau berjalan tujuh kali), untuk memperingati pencarian Hagar akan air. Di dekat masjid tersebut terdapat Sumur Zamzam kuno: mata air yang secara ajaib diberikan kepada Hagar dan Ismail menurut tradisi. Para jemaah minum dari Zamzam dan sering kali menganggapnya sebagai suvenir suci. Seperti yang dicatat oleh salah satu komentar sejarah, berdoa di Kakbah atau salah satu bukit suci di Mekkah dianggap sangat berjasa – melipatgandakan pahala seorang jamaah berkali-kali lipat. Singkatnya, Ka'bah merupakan fokus ritual (tawaf, doa) dan simbol persatuan dan monoteisme Muslim.
Setiap tahun di bulan Dzulhijjah (bulan ke-12 dalam kalender Islam), umat Islam yang mampu secara fisik dan finansial melaksanakan ibadah haji ke Mekkah. Haji adalah salah satu dari Lima Rukun Islam, sehingga umat Islam percaya bahwa itu adalah kewajiban setidaknya sekali dalam hidup mereka. Ini adalah ziarah tahunan terbesar di dunia. Seperti yang diamati oleh salah satu sumber, selama haji "jutaan umat Islam dari seluruh dunia" berkumpul di Mekkah. Pada tahun 2019 misalnya, 2,49 juta orang melaksanakan haji selama lima hari. Infrastruktur kota pada dasarnya ditutup untuk acara ini: jalan-jalan perumahan menjadi jalan raya peziarah, dan lembaga pemerintah sepenuhnya berfokus pada pengendalian dan dukungan massa.
Ritual haji melibatkan beberapa ritual utama yang dilakukan di dalam dan di sekitar Mekkah dan sekitarnya. Peziarah memasuki keadaan penyucian (ihram) di tempat-tempat yang ditentukan (seringkali Masjid at-Tanʿim atau negara asal mereka untuk wisatawan). Setelah mencapai Mekkah, para peziarah pertama-tama mengenakan pakaian putih sederhana, kemudian melakukan Tawaf: berjalan tujuh kali mengelilingi Ka'bah di dalam Masjid al-Haram. Selanjutnya, mereka melakukan Sa'i: berjalan cepat di antara bukit-bukit Safa dan Marwah (juga di dalam Masjidil Haram), yang melambangkan pencarian Hagar untuk air. Mereka kemudian mengorbankan seekor hewan (atau menyumbangkan nilainya) untuk mengenang kesediaan Abraham untuk mengorbankan putranya. Para peziarah melanjutkan perjalanan ke Mina, sebuah perkemahan tenda di sebelah timur Mekkah, tempat mereka menghabiskan malam pertama haji. Ritual utama terjadi pada Hari Arafah: para peziarah melakukan perjalanan ke Gunung Arafah (dataran Arafah) untuk berdiri dalam doa sepanjang sore, memohon belas kasihan Tuhan. Malam harinya mereka pindah ke Muzdalifah untuk bermalam di bawah langit terbuka, mengumpulkan kerikil untuk hari berikutnya. Pada hari-hari berikutnya, para peziarah kembali ke Mina dan melakukan Pelemparan Batu terhadap Setan: melempar kerikil ke tiga lokasi pilar (ramat al-jamarāt) yang melambangkan penolakan terhadap kejahatan. Akhirnya mereka melakukan pencukuran kepala (pria) atau pemotongan rambut (wanita) secara simbolis, menyelesaikan tawaf lainnya di sekitar Kakbah, dan mengakhiri ritual. Selama beberapa hari para peziarah telah memenuhi semua tahapan haji, setelah itu mereka kembali ke rumah.
The Hajj embodies deep spiritual themes in Islam. It commemorates the trials of Abraham, Ishmael, and Hagar, and it symbolizes the unity and equality of all Muslims before God. By wearing identical simple garments and performing the rites together, pilgrims of all nations stand as equals. At its climax (the standing at Arafat), the Hajj emphasizes Muslim obedience and reliance on God. Mecca itself, in the pilgrim mindset, transforms into a tent camp of devotion: as one journalist notes, once the Hajj begins, “every street [in Mecca] is like the greatest mosque in the world”. Even historical observers (like Ibn Battuta) remarked that in Mecca “prayers were made for the Sultan” at the Kaaba, showing how the entire community of believers turns its attention to the shrine during pilgrimage. Importantly, the Prophet Muhammad taught that performing Hajj with true devotion can cleanse a person of sins, making it a journey of profound personal renewal. Thus Hajj is both a literal pilgrimage to a holy site and a metaphorical journey towards spiritual rebirth.
Umrah merujuk pada "ziarah kecil" ke Mekkah, yang dapat dilakukan kapan saja sepanjang tahun (tidak seperti haji yang dilakukan setahun sekali). Umrah mencakup banyak ritual yang sama (ihram, tawaf, dan Sa'i) tetapi tidak termasuk berdiam di Arafah dan Mina. Al-Qur'an menganjurkan umrah sebagai tindakan yang terhormat (misalnya, Surah Al-Baqarah 2:196). Tidak seperti haji, umrah tidak wajib, tetapi tetap sangat berjasa; banyak Muslim yang melakukan umrah beberapa kali dalam hidup mereka.
Melaksanakan umrah lebih sederhana dalam hal logistik: jamaah melakukan Ihram (sering kali di Masjid at-Tanʿim atau sebelum kedatangan), kemudian memasuki Masjidil Haram dan mengelilingi Kakbah tujuh kali. Mereka kemudian berlari atau berjalan di antara Safa dan Marwah tujuh kali. Setelah menyelesaikan ritual ini, jamaah laki-laki biasanya mencukur kepala mereka (wanita memotong sejumput rambut), yang menandakan berakhirnya Ihram. Kebijakan visa baru telah membuka Umrah bagi jutaan wisatawan internasional: Arab Saudi sekarang mengizinkan banyak pengunjung untuk datang dengan e-visa turis yang mengizinkan Umrah kapan saja sepanjang tahun. Dalam merencanakan kunjungan, jamaah sering memilih bulan-bulan yang lebih dingin (November–Februari atau musim semi) untuk menghindari teriknya musim panas di Mekkah.
Sejak pertengahan abad ke-20, infrastruktur Mekkah telah diperluas secara besar-besaran untuk menjalankan perannya sebagai kota ziarah terdepan di dunia. Masjidil Haram yang mengelilingi Kakbah telah diperluas secara bertahap. Perluasan pertama yang dipimpin pemerintah Saudi (selesai tahun 1973) memperluas area masjid hampir enam kali lipat, dan yang kedua (selesai pada awal tahun 2000-an) memperluasnya lebih jauh, meningkatkan kapasitasnya hingga lebih dari 800.000 jamaah. Proyek-proyek ini menambah lantai, perpustakaan, dan fasilitas baru di sekitar masjid Ottoman yang bersejarah.
Di luar masjid, cakrawala Mekkah telah berubah secara radikal. Abraj Al-Bait (Menara Jam Makkah) adalah kompleks menara setinggi 601 meter dengan jam raksasa yang terlihat di seluruh kota; ini adalah salah satu bangunan tertinggi di dunia. Banyak hotel mewah dan gedung-gedung tinggi sekarang mengelilingi alun-alun masjid. Jaringan jalan diperlebar atau disejajarkan kembali, dan jalan raya baru menghubungkan kota dengan Jeddah dan Ta'if. Sepanjang abad ke-21 pemerintah berinvestasi besar dalam arsitektur dan teknik modern di Mekkah. Misalnya, jaringan jalan tol sepanjang 24 km telah dibangun untuk mengefisienkan lalu lintas peziarah. Sistem air dan listrik juga ditingkatkan: pabrik desalinasi modern di dekat Laut Merah memasok kebutuhan Mekkah, dan proyek bendungan telah mengurangi banjir bandang yang secara historis mengancam kota tersebut.
Meskipun ada kemajuan ini, pembangunan kembali yang cepat telah memicu perdebatan. Seperti yang diamati oleh survei terkenal, banyak situs bersejarah (termasuk reruntuhan pra-Islam, makam Ottoman, dan benteng abad ke-18) dihancurkan selama pembangunan perluasan. Para kritikus menuduh bahwa dalam proses tersebut Mekkah kehilangan banyak warisan arsitekturnya. Pemerintah Saudi berpendapat bahwa tindakan ini dimaksudkan untuk mencegah penyembahan berhala (dengan demikian menyingkirkan makam yang mungkin dihormati) dan memberi ruang bagi puluhan ribu jamaah lainnya. Dalam praktiknya, sebagian besar kota tua memang telah digantikan oleh infrastruktur: saat ini Masjidil Haram mencakup lebih dari satu juta meter persegi (termasuk beberapa lantai), dan kawasan suci sekarang memadukan fondasi abad pertengahan dengan kompleks ultra-modern.
Infrastruktur modern Mekkah mencakup jaringan transportasi kelas dunia. Kereta Cepat Haramain yang baru (dibuka pada tahun 2018) membentang sejauh 449 km dari Mekkah ke Madinah melalui Jeddah, menghubungkan kedua kota suci tersebut dengan kecepatan hingga 300 km/jam. Kereta memungkinkan para peziarah untuk bepergian dengan cepat di antara tempat-tempat suci tersebut. Di dalam negeri, Mekkah terhubung dengan jaringan jalan raya ke Riyadh dan wilayah lainnya; Jalan Raya 40 menghubungkannya ke Jeddah dan Riyadh, dan Jalan Raya 15 mengarah ke utara ke Madinah dan Yordania.
Secara internasional, bandara utama terdekat adalah King Abdulaziz International di Jeddah, sekitar 70 km jauhnya. Bandara ini memiliki Terminal Haji khusus yang dirancang untuk memproses jamaah: dapat menampung sekitar 80.000 pelancong pada satu waktu. Pemerintah Arab Saudi juga telah menyederhanakan prosedur visa dan masuk bagi jamaah (lihat "Visa" di bawah). Di Mekkah sendiri, angkutan umum sedang dalam pengembangan. Khusus untuk haji, jalur Metro Al Mashaaer Al Mugaddassah (dibuka tahun 2010) mengangkut jamaah antara Mekkah, Mina, Muzdalifah, dan Arafat. Kota ini juga telah mulai memperkenalkan bus umum dan jalur kereta api perkotaan untuk melayani populasinya yang terus bertambah. Singkatnya, jaringan transportasi Mekkah sekarang menggabungkan jalan kuno (menuju tempat-tempat haji) dengan rel dan jalan raya ultramodern, yang mencerminkan arus pengunjung musiman kota yang unik.
Populasi Mekkah telah berkembang pesat di zaman modern. Pada awal abad ke-20, kota ini hanya berupa kota kecil dengan sekitar 20.000–30.000 penduduk. Pertumbuhan ekonomi yang didorong oleh minyak dan akomodasi bagi jutaan peziarah telah mendorong populasi metropolitan menjadi sekitar 2,4 juta saat ini. Demografi kota ini penting: hanya sekitar 44,5% penduduknya adalah warga negara Saudi, sementara sekitar 55,5% adalah Muslim kelahiran luar negeri. Penduduk asing ini termasuk keluarga dari Bangladesh, Indonesia, Mesir, Pakistan, dan negara-negara lain, yang datang untuk bekerja di layanan haji, perdagangan, atau pendidikan agama. Misalnya, laporan media lokal menyoroti bahwa komunitas Asia Selatan yang signifikan – termasuk penduduk lama dan pengusaha – sekarang menyebut Mekkah sebagai rumah. Saat ini, lingkungan Mekkah merupakan jalinan budaya Muslim Arab, Asia Selatan, dan Afrika yang hidup berdampingan.
Musim haji juga menciptakan lonjakan populasi sementara yang dramatis. Selama lima hari haji, kota ini membengkak dua hingga tiga kali lipat; hotel dan angkutan umum terisi melebihi kapasitas normal. Bahkan di waktu-waktu sepi, ribuan pengunjung datang setiap hari untuk umrah, terutama selama bulan Ramadan dan hari libur lainnya. Arus orang luar yang konstan ini telah menjadikan Mekkah sebagai lingkungan perkotaan yang benar-benar internasional. Namun, pada bulan-bulan normal, populasi penduduknya cukup taat dan erat; banyak keluarga telah tinggal di sini selama beberapa generasi dan keluarga peziarah bekerja sama untuk menampung mereka.
Perekonomian Mekkah hampir sepenuhnya bergantung pada haji. Berbagai jenis bisnis bergantung pada jutaan pengunjung tahunan. Sektor perhotelan mendominasi: ratusan hotel, wisma tamu, dan kompleks pensiun beroperasi di kota ini, menawarkan penginapan untuk setiap tingkat anggaran. Banyak hotel terbesar terletak hanya beberapa blok dari Masjidil Haram (misalnya, Fairmont Makkah Clock Royal Tower), sementara penginapan dan "zawiya" (pondok) yang lebih kecil melayani jamaah haji dengan anggaran terbatas. Selama haji, pihak berwenang juga mengoperasikan kota tenda sementara di Mina yang dapat menampung lebih dari satu juta orang.
Selain penginapan, hampir semua perdagangan lainnya melayani jamaah haji. Restoran dan kios makanan ada di mana-mana: orang dapat menemukan segala sesuatu mulai dari masakan Timur Tengah hingga hidangan Asia Selatan dan Indonesia untuk melayani tamu yang beragam. Merupakan hal yang umum bagi restoran dan dapur perkemahan untuk menyajikan air Zamzam kepada pengunjung, yang mencerminkan tradisi bahwa setiap makanan harus disertai dengan air yang diberkahi ini. Toko-toko lokal menjual sajadah, jimat, penganan kurma (seperti makanan khas setempat debyaza, kolak buah kering manis yang konon berasal dari Mekkah), parfum, dan literatur keagamaan. Seluruh pasar ramai dengan penjualan abaya, pakaian ihram, dan Al-Qur'an.
Ibadah haji juga menjadi sumber pendapatan publik. Pemerintah Saudi memungut pajak haji dan mengalokasikan anggaran yang besar untuk infrastruktur Mekkah. Menurut laporan resmi, anggaran kota Mekkah sekitar 11 miliar riyal Saudi ($3 miliar) pada tahun 2015, sebagian besar untuk pembangunan dan layanan bagi para jamaah. Banyak penduduk bekerja untuk lembaga pemerintah atau administrasi Masjidil Haram, mengelola klinik pendaftaran jamaah, sanitasi, keamanan, dan kesehatan. Pada tingkat makro, status Mekkah menarik investasi miliaran dolar setiap tahun dan mendukung industri seperti perjalanan dan konstruksi di seluruh wilayah. Bahkan sektor seperti telekomunikasi dan transportasi sangat mengutamakan layanan mereka di sekitar musim haji.
Kehidupan penduduk tetap Mekkah menyerupai kehidupan kota Saudi yang konservatif, dengan keyakinan Islam sebagai inti kehidupan. Irama harian doa dan puasa mewarnai minggu tersebut. Kebijakan resmi melarang segala bentuk hiburan yang dapat berbenturan dengan kesucian kota, sehingga perayaan pribadi pun diredam. Misalnya, laporan Associated Press mencatat bahwa keluarga-keluarga di Mekkah memang mengadakan pesta ulang tahun dan pernikahan, tetapi musik dimainkan dengan pelan atau dihilangkan demi menghormati suasana sakral. Kafe dan toko tutup selama waktu salat, dan pria umumnya menyapa wanita dengan cara yang lebih formal di depan umum.
Keramahtamahan telah lama menjadi ciri khas masyarakat Mekkah. Secara historis, keluarga setempat akan menyambut para peziarah ke rumah mereka selama musim haji, menawarkan makanan dan penginapan. Penduduk yang lebih tua menceritakan bahwa di masa lalu "orang-orang membuka rumah mereka" untuk orang asing yang sedang berziarah. Seperti yang dikenang oleh seorang penduduk, itu adalah "masa-masa indah" ketika para peziarah dapat berbaur dengan bebas dengan penduduk setempat. Saat ini skala haji membuat keramahtamahan informal menjadi sulit, tetapi warisan ini bertahan dalam ritual yang lebih kecil: sebuah keluarga Mekkah mungkin masih memasukkan kurma ke dalam tas peziarah yang lewat, atau menawarkan seteguk air Zamzam sebagai berkah. Orang Mekkah juga sering berpuasa beberapa hari tambahan (nawafil) di luar Ramadan untuk mencari berkah dari kota.
Dengan perubahan kota, kehidupan sosial pun berubah. Lingkungan megah di dekat Haram dihancurkan untuk dijadikan hotel, sehingga hanya sedikit permukiman suku lama yang tersisa di pusat kota. Distrik-distrik baru menampung banyak penduduk yang bekerja di industri pariwisata dan jasa. Kehidupan masyarakat cenderung terpusat di sekitar masjid dan sekolah, yang berfungsi sebagai pusat budaya. Ada kesenjangan yang mencolok antara penduduk Mekkah seumur hidup (tawā'if) dan keluarga imigran baru; tetapi seiring berjalannya waktu, banyak pekerja ekspatriat yang menetap dan membentuk komunitas mereka sendiri. Sebuah artikel yang menggambarkan kehidupan kota mencatat bahwa seorang pengemudi taksi dari Bangladesh telah tinggal di Mekkah selama enam belas tahun, yang merupakan contoh komunitas Asia Selatan permanen yang besar di kota tersebut. Dalam perdagangan sehari-hari, bahasa Bengali, Urdu, dan Indonesia dapat didengar di samping bahasa Arab, yang mencerminkan keberagaman ini.
Kuliner Mekkah mencerminkan karakter kosmopolitannya. Hidangan tradisional Saudi dan Hejaz sangat populer: salah satu hidangan spesialnya adalah kabsa (nasi rempah dengan daging domba atau ayam). Makanan khas lebaran yang unik adalah dubyaza (juga dikenal sebagai khushaf): kompot buah kering dan kacang yang dibumbui dengan kapulaga dan disajikan dalam mangkuk berhias. Kurma, kopi dengan kapulaga, dan nasi manis (benar) merupakan makanan pokok sehari-hari dalam santapan orang Mekkah.
Namun, makanan internasional berlimpah karena para peziarah mendambakan cita rasa yang familiar. Sangat mudah untuk menemukan biryani, kari, dan tumis ala Cina di dekat Masjidil Haram, serta jaringan restoran cepat saji dan restoran mewah. Sebagian besar restoran (bahkan kafetaria kecil) menyediakan air Zamzam dalam botol, dan menawarkannya secara cuma-cuma sebagai tanda simbolis. Selama haji, kota ini memobilisasi kantin dan dapur sukarelawan (seperti yang dikelola oleh kelompok amal) untuk menyediakan makanan gratis bagi para peziarah yang jumlahnya ratusan ribu.
Makan bersama keluarga di Mekkah sangat sederhana. Pria dan wanita biasanya makan di tempat terpisah; makan bersama dapat diatur di halaman masjid selama berbuka puasa Ramadan. Meskipun kekayaan melimpah, warga Mekkah pada umumnya mempertahankan standar konservatif: alkohol dan makanan non-halal dilarang keras di kota tersebut. Pengalaman bersama dalam menjamu jamaah haji berarti kemurahan hati merupakan nilai tambah setempat. Dalam kehidupan pribadi, keluarga Mekkah sangat erat hubungannya, dengan jaringan kekerabatan yang luas. Keramahtamahan terhadap tamu – menawarkan kurma, kopi, dan air Zamzam – dianggap sebagai harapan budaya sekaligus kewajiban agama.
Mekkah merupakan pusat pembelajaran Islam, yang mencerminkan status sucinya. Institusi yang paling menonjol adalah Universitas Umm al-Qura (UQU), yang awalnya didirikan pada tahun 1949 sebagai perguruan tinggi Syariah Islam. UQU berkembang pesat pada akhir abad ke-20 dan direorganisasi menjadi universitas penuh berdasarkan keputusan kerajaan pada tahun 1981. Saat ini UQU menerima puluhan ribu mahasiswa dan menawarkan kurikulum yang luas: di samping studi Al-Quran dan hukum, universitas ini memiliki fakultas teknik, teknologi, kedokteran, bisnis, dan humaniora. Universitas ini juga mengelola perpustakaan dan pusat penelitian yang berfokus pada warisan Islam.
Beberapa perguruan tinggi dan lembaga lain mendukung masyarakat Mekkah. Ada perguruan tinggi yang dikelola pemerintah untuk urusan agama (melatih imam dan pemandu haji), lembaga teknis, dan cabang universitas nasional. Sementara Riyadh dan Jeddah memiliki infrastruktur pendidikan yang lebih besar, sekolah-sekolah di Mekkah mencerminkan misi sucinya: banyak program yang menekankan agama komparatif, beasiswa Hadits, dan linguistik Arab untuk mahasiswa asing. Mahasiswa internasional dari seluruh dunia Muslim datang ke Mekkah untuk kursus khusus, terutama yang terkait dengan manajemen haji, sejarah Islam, dan konservasi tempat-tempat suci.
Di tingkat dasar dan menengah, Mekkah mengikuti kurikulum nasional Saudi, dengan sekolah umum dipisahkan berdasarkan jenis kelamin. Pelajaran agama menjadi hal utama: pembacaan Al-Qur'an setiap hari dan pelajaran Islam wajib di semua sekolah. Mekkah juga mendukung sekolah-sekolah agama (madrasah) yang terhubung dengan masjid, tempat para ulama tradisional mengajarkan bahasa Arab klasik dan yurisprudensi. Tradisi ilmiah kota ini sudah ada sejak berabad-abad lalu, dan banyak keluarga Mekkah yang memiliki guru dan ulama Al-Qur'an selama beberapa generasi. Secara sosial, pendidikan dipandang sebagai prioritas bersama; sekolah gratis atau bersubsidi telah meningkatkan literasi di kalangan warga Mekkah secara drastis. Meskipun demikian, kesenjangan masih ada: anak-anak pekerja asing sering kali bersekolah di sekolah atau asrama terpisah, yang mencerminkan stratifikasi sosial ekonomi komunitas ekspatriat.
Struktur sosial Mekkah berlapis-lapis. Warga lokal (tawā'if) mencakup beberapa klan mapan yang berakar sebelum Islam, tetapi setelah tahun 1924 hierarki sosial sebagian besar selaras dengan kesalehan agama dan layanan pemerintah. Banyak keluarga Mekkah yang lebih tua sekarang juga berinvestasi dalam perdagangan perhotelan. Penduduk asing merupakan mayoritas: keluarga dan individu dari Asia Selatan (Pakistan, India, Bangladesh), Asia Tenggara (Indonesia, Malaysia), Afrika, dan Levant. Banyak yang datang beberapa dekade lalu sebagai buruh atau pedagang dan tinggal secara permanen. Misalnya, seorang pengemudi taksi Bangladesh yang diwawancarai mewakili komunitas besar Asia Selatan yang merupakan penduduk jangka panjang. Populasi kota tersebut sebagian besar beragama Islam, dengan Islam Sunni yang dominan; Muslim Syiah hadir terutama sebagai pedagang dan cendekiawan, tetapi ruang publik secara seragam didominasi oleh Sunni.
Kehidupan keluarga di Mekkah konservatif. Rumah tangga sering kali diperluas; anak-anak dan orang tua tinggal di bawah satu atap. Namun, pembangunan kota yang pesat telah membebani lingkungan tradisional. Di pusat kota, rumah-rumah tua dari kayu dan batu telah digantikan oleh apartemen beton. Banyak warga Mekkah telah direlokasi dari daerah pusat ke lingkungan yang dibangun pemerintah di daerah yang lebih jauh. Proyek perumahan ini cenderung mencampur warga Saudi dan orang asing, tetapi masih ada daerah kantong: lingkungan yang identik dengan warga Pakistan, India, atau Bangladesh, masing-masing dengan toko dan restoran bahasanya sendiri.
Meskipun ada perbedaan, masyarakat Mekkah memiliki ikatan komunal yang kuat yang berpusat pada keimanan. Banyak masjid berfungsi sebagai tempat berkumpul sehari-hari. Kaum pria sering bertemu di halaman masjid setelah salat Jumat untuk membahas masalah-masalah lokal, sementara kaum wanita dapat bertemu secara pribadi di rumah masing-masing atau di bagian masjid khusus wanita. Zakat merupakan praktik sosial yang penting: khususnya selama bulan Ramadan, anggota masyarakat diharapkan untuk membantu keluarga yang membutuhkan dan para peziarah yang kekurangan sumber daya. Bahkan dengan adanya modernisasi, adat istiadat setempat seperti salat Isya secara berkelompok dan merayakan hari besar keagamaan bersama keluarga tetap mengakar kuat.
Pertumbuhan kota Mekkah yang belum pernah terjadi sebelumnya telah memicu perdebatan sengit tentang warisan dan perencanaan kota. Para kritikus berpendapat bahwa identitas spiritual kota itu terancam dibayangi oleh kepentingan komersial. Memang, antara tahun 1985 dan 2015 diperkirakan 95% bangunan bersejarah Mekkah (beberapa berusia lebih dari seribu tahun) dihancurkan untuk memberi jalan bagi pembangunan baru. Bangunan-bangunan penting seperti Benteng Ajyad Ottoman dihancurkan. Pengamat internasional menyesalkan hilangnya arsitektur tradisional dan situs-situs kuno, memperingatkan bahwa suasana bersejarah Mekkah sedang terhapus.
Pejabat Saudi menanggapi bahwa perluasan diperlukan: hanya dengan menyingkirkan bangunan-bangunan tua yang sempit, Masjidil Haram dapat diperluas untuk menampung jumlah jamaah yang terus bertambah. Mereka mencatat bahwa banyak area yang dibersihkan itu sendiri bukanlah tempat suci, melainkan distrik permukiman lama; menurut pandangan mereka, mempertahankan kemampuan untuk melayani jutaan jamaah adalah prioritas yang lebih tinggi. Memang, Masjidil Haram sekarang memiliki beberapa lantai dan dapat menampung lebih banyak orang daripada yang dapat dilakukannya pada abad-abad sebelumnya. Rencana pembangunan lebih lanjut terus berlanjut: bagian-bagian kota kecil di dekatnya (Mina dan Muzdalifah) telah dianeksasi untuk menampung kamp jamaah. Gedung-gedung tinggi dan kompleks perbelanjaan modern terus dibangun di sekitar pusat kota tua.
Keseimbangan antara pembangunan dan pelestarian ini tetap menjadi isu yang sensitif. Beberapa pelestari mendukung integrasi warisan yang lebih baik ke dalam proyek-proyek baru. Yang lain menunjukkan minat baru dalam mendokumentasikan masa lalu Mekkah melalui rekonstruksi digital dan koleksi museum. Misalnya, Museum Arsitektur Pameran Dua Masjid Suci (yang bertempat di gedung Menara Jam) memamerkan artefak dari sejarah Mekkah. Dalam praktiknya, ketegangan antara pertumbuhan dan warisan merupakan ciri khas Mekkah kontemporer: setiap proyek konstruksi ditimbang berdasarkan kebutuhan untuk menghormati kesucian situs tersebut.
Status khusus Mekkah dalam Islam disertai dengan aturan akses yang ketat. Non-Muslim dilarang keras memasuki kota tersebut. Hukum Saudi mengharuskan semua penduduk dan pengunjung untuk mengidentifikasi diri sebagai Muslim di pos pemeriksaan di jalan raya menuju Mekkah. Melanggar hal ini merupakan pelanggaran serius. Bahkan beberapa pengunjung Muslim harus mendapatkan izin khusus: misalnya, secara historis wanita dan anak perempuan membutuhkan pendamping laki-laki (mahram) untuk melakukan ziarah. Khususnya, pada tahun 2021 pemerintah Saudi mencabut persyaratan ini: wanita lajang dari berbagai negara diizinkan untuk mendapatkan visa haji dan bepergian tanpa kerabat laki-laki untuk pertama kalinya. Reformasi ini memungkinkan ribuan wanita untuk menghadiri haji atau umrah secara mandiri.
Di Mekkah sendiri, pembatasan berdasarkan agama juga berlaku. Alkohol dan produk daging babi dilarang sepenuhnya di kota tersebut. Aturan berpakaian ditegakkan dengan ketat: baik pria maupun wanita harus mengenakan pakaian yang sopan (wanita menutupi bahu dan kaki dengan abaya dan jilbab; pria mengenakan pakaian longgar atau pakaian tradisional berwarna putih). pakaian ihram pakaian saat haji). Menunjukkan kemesraan di depan umum adalah tabu. Pemisahan gender dilakukan di tempat umum (misalnya, tempat duduk terpisah di beberapa kafe). Pada waktu salat, toko-toko tutup dan jalanan menjadi sangat sepi. Selain itu, kebijakan kota Mekkah mengutamakan pertimbangan keagamaan: musik keras atau dekorasi pesta tidak dianjurkan pada hari libur (bahkan perayaan Idul Fitri tetap diredam).
Mungkin pembatasan yang paling terkenal adalah ziarah itu sendiri: hanya umat Muslim yang diizinkan masuk ke dalam Masjidil Haram. Pos pemeriksaan keamanan (dengan gelang elektronik atau pemeriksaan identitas) memastikan bahwa setiap orang yang melakukan Tawaf atau Haji diverifikasi sebagai Muslim. Dalam beberapa tahun terakhir, teknologi Saudi (kamera pengenal wajah) telah memperketat penegakan hukum. Langkah-langkah ini, dikombinasikan dengan perluasan fisik kota, berarti bahwa Mekkah saat ini adalah daerah kantong agama tertutup, terbuka secara eksklusif bagi mereka yang datang untuk berziarah atau beribadah lokal.
Masuk ke Mekkah memerlukan visa khusus yang terkait dengan ziarah. Untuk haji, pelancong harus memperoleh visa haji melalui agen perjalanan Saudi yang disetujui yang menyelenggarakan paket haji. Pemerintah Saudi tidak mengizinkan individu untuk melakukan perjalanan haji dengan visa turis. Untuk umrah dan kunjungan umum, Arab Saudi menerbitkan visa umrah/turis. Pada tahun 2019 negara tersebut meluncurkan program e-visa daring untuk wisatawan dari banyak negara, yang mengizinkan pelaksanaan umrah di luar musim haji. Pada pertengahan tahun 2025, Arab Saudi memperbarui kebijakannya: mereka melanjutkan penerbitan e-visa untuk umrah mulai 10 Juni 2025, dan mengizinkan pengunjung yang memenuhi syarat (misalnya, mereka yang memiliki visa AS, Inggris, atau Schengen yang valid) untuk memperoleh visa pada saat kedatangan. Dalam praktiknya, sebagian besar peziarah memperoleh visa melalui operator perjalanan, yang mengoordinasikan akomodasi, transportasi, dan pemrosesan visa Saudi.
Prospective visitors should check Saudi Arabia’s official visa website well in advance. Requirements generally include a passport valid for at least six months, proof of vaccination (see below), and a confirmed Hajj/Umrah package. Starting in 2022, Saudi health authorities require proof of COVID-19 vaccination for all pilgrims, as well as routine vaccines (meningitis, polio booster). Travelers should note that rules can change: for example, Saudi health policy revived Umrah visas on June 10, 2025 after an annual suspension of travel during Hajj. It is wise to engage an experienced operator or governmental agency when planning a visit. As one guide notes, “Entry to Makkah [is allowed] for pilgrims holding appropriate visas” which were recently reinstated.
Iklim gurun Mekkah sangat panas. Bulan-bulan musim panas (Juni–September) secara teratur mengalami suhu siang hari di atas 40 °C (104 °F). Musim dingin (Desember–Februari) lebih sejuk: suhu tertinggi di siang hari berkisar sekitar 25–30 °C (77–86 °F). Musim semi (Maret–April) juga hangat tetapi tidak terlalu panas. Para ahli perjalanan menyarankan bahwa akhir Februari hingga April, atau Oktober hingga awal Desember, adalah periode paling nyaman untuk kegiatan luar ruangan di Mekkah. Oleh karena itu, banyak jamaah haji lebih suka melakukan umrah di musim-musim peralihan ini, ketika panasnya dapat ditahan dan hotel-hotel mungkin sedikit lebih sepi (selain Ramadan, yang berubah setiap tahunnya).
Namun, beberapa jemaah haji ingin bertepatan dengan bulan Ramadan (bulan puasa) atau musim haji karena alasan mereka sendiri. Ramadan di Mekkah merupakan pengalaman yang mendalam tetapi juga waktu yang sangat sibuk (karena visa umrah ditangguhkan selama haji, jemaah umrah berdatangan selama bulan Ramadan). Berkunjung selama bulan Ramadan merupakan pengalaman spiritual yang intens dengan salat Tarawih setiap malam dan buka puasa bersama, tetapi keramaian dan harga meningkat. Singkatnya, Mekkah dapat dikunjungi sepanjang tahun, tetapi puncak musim panas harus dihindari jika memungkinkan. Strategi yang baik adalah merencanakan untuk musim semi atau musim gugur, dan memeriksa tanggal Ramadan dan haji dalam kalender lunar tahun berjalan.
Jemaah haji harus merencanakan kesehatan dan keselamatan mereka dengan saksama. Vaksinasi adalah hal yang wajib: bukti suntikan meningitis quadrivalent terbaru diperlukan untuk semua jemaah haji, dan vaksin polio dan influenza terkini direkomendasikan. Periksa peraturan Saudi terbaru sebelum bepergian. Tetap terhidrasi adalah hal yang penting; meskipun malam hari dingin, panas gurun dapat menyebabkan dehidrasi dengan cepat. Selalu bawa air minum dalam kemasan (air Zamzam, meskipun diberkahi, harus dikonsumsi secukupnya). Kenakan pakaian yang nyaman dan tertutup serta sepatu yang kokoh untuk berjalan jauh. Selama musim haji, pertumbuhan massa yang eksplosif berarti seseorang harus waspada: ikuti instruksi resmi, daftarkan diri untuk kelompok yang dipandu, dan simpan dokumen atau barang pribadi dengan aman.
Pihak berwenang Saudi sering mengeluarkan peringatan kesehatan khusus bagi para peziarah, termasuk daftar barang terlarang dan kontak darurat. Asuransi perjalanan yang mencakup pertemuan besar dan evakuasi darurat bisa jadi bijaksana. Wanita harus mendapatkan semua dokumentasi pendamping yang diperlukan (meskipun perubahan kebijakan baru-baru ini telah melonggarkan persyaratan) dan pria harus memastikan sertifikat vaksinasi mereka masih berlaku. Untuk iklim yang ekstrem, produk perjalanan seperti handuk pendingin dan payung pelindung bisa membantu. Secara umum, baik peziarah pemula maupun yang sudah berpengalaman disarankan untuk menyesuaikan diri dengan berjalan di sekitar Masjid dengan sepatu biasa sebelum mencoba pakaian Ihram lengkap, dan mempelajari beberapa frasa dasar bahasa Arab atau petunjuk untuk menavigasi transportasi lokal dan fasilitas medis jika diperlukan.
Mekkah menawarkan berbagai akomodasi lengkap, mulai dari hotel mewah bintang lima hingga wisma tamu sederhana. Kawasan di sekitar Masjidil Haram didominasi oleh hotel-hotel besar dan hotel apartemen, yang sebagian besar merupakan milik jaringan internasional (Hilton, Fairmont, Pullman, dll.) atau merek regional. Bangunan-bangunan ini sering kali memiliki puluhan lantai dan menawarkan akses langsung (beberapa memiliki jembatan layang) ke kompleks masjid. Selama musim haji, hotel-hotel ini penuh beberapa bulan sebelumnya dengan harga premium. Di luar pusat kota, terdapat deretan hotel kelas menengah dan bujet di sepanjang jalan-jalan kota Mekkah.
Untuk haji massal, pemerintah Saudi menyediakan tenda-tenda besar di Mina, Muzdalifah, dan Arafat. Tenda-tenda ini dilengkapi dengan perlengkapan tidur, AC (di banyak bagian), dan fasilitas umum. Penyelenggara haji biasanya menyertakan reservasi tenda dalam paket mereka. Dalam beberapa tahun terakhir, pemerintah juga telah membangun sekitar 20.000 kamar hotel di Mina untuk secara bertahap menggantikan akomodasi tenda.
Di luar musim haji, banyak hotel kecil yang berfokus pada ziarah (sering disebut "fannas" atau hostel) beroperasi. Penyewaan apartemen dan kompleks perumahan tersedia pada malam hari, melayani keluarga. Banyak penduduk lokal juga menyewakan kamar di rumah mereka kepada pengunjung. Secara keseluruhan, setidaknya beberapa ratus ribu kamar tamu jangka pendek tersedia di Mekkah, tetapi permintaan masih melebihi pasokan setiap musim haji. Sangat penting untuk memesan jauh-jauh hari. Jemaah dengan anggaran terbatas mungkin tinggal lebih jauh dari masjid (distrik Jabal Omar, atau bahkan di pinggiran Jeddah) dan mengandalkan bus antar-jemput.
Restoran di Mekkah menyajikan berbagai macam masakan. Makanan tradisional Saudi sangat populer: cobalah Mandi (daging domba berbumbu dan nasi), Kabsa (ayam atau domba dengan nasi berbumbu) atau roti Hejazi dengan semur daging domba. Karena populasi peziarah bersifat internasional, orang juga dapat menemukan masakan India, Pakistan, Indonesia, dan Afrika Timur di banyak jalan. Tempat makan cepat saji dan kafetaria umum ditemukan di sekitar masjid; mereka menjual daging panggang, falafel, shawarma, dan penganan manis lokal.
Sebagian besar tempat makan beroperasi dengan pedoman halal, dan bahkan restoran steak menyediakan daging bersertifikat halal. Pedagang kaki lima dan jaringan kafe menawarkan teh, kopi dengan kapulaga, dan kurma sebagai minuman ringan. Banyak restoran di dekat Masjidil Haram memajang simbol khusus air Zamzam, yang menunjukkan bahwa Zamzam (dari sumur suci) disediakan gratis untuk pengunjung – sebuah bentuk keramahtamahan tradisional.
Jemaah haji harus menghormati adat istiadat setempat saat makan: adalah sopan untuk mencuci muka dan berdoa sebelum makan. Selama siang hari di bulan Ramadan, para pengunjung diharapkan untuk tidak makan atau minum di tempat umum sebagai bentuk penghormatan, kecuali mereka dikecualikan. Air mancur dan mesin penjual otomatis dapat ditemukan di seluruh kota untuk menjaga semua orang tetap terhidrasi (air biasa di Mekkah bisa sangat hangat, jadi air minum botolan yang dingin sangat disarankan). Secara keseluruhan, seseorang dapat makan dengan cukup murah jika makan dengan sederhana; makanan yang lebih baik di restoran hotel akan lebih mahal. Mengingat ritme Mekkah yang 24 jam, banyak restoran yang buka hingga larut malam, terutama di dekat masjid. Untuk merasakan tradisi lokal, jangan lewatkan untuk mencicipi kolak debyaza yang manis dan mutabbaq (panekuk isi) segar yang dijual oleh pedagang lokal.
Berkeliling Mekkah saat ini relatif mudah berkat transportasi modern. Seperti yang telah disebutkan, gerbang utama adalah Bandara Internasional King Abdulaziz di Jeddah, yang melayani Mekkah dan hanya berjarak 70 km. Terminal Haji yang terkenal di bandara ini dirancang khusus untuk menangani lonjakan jamaah haji yang besar: pada puncaknya, terminal ini dapat menangani 80.000 jamaah secara bersamaan. Dari Jeddah ke Mekkah, jamaah haji biasanya bepergian dengan mobil pribadi, bus, atau taksi melalui jalan raya. Ada bus haji SAPTCO (bus pemerintah) yang sering beroperasi dengan jadwal antar-jemput antara Jeddah dan Mekkah. Perjalanan dengan mobil atau taksi memakan waktu sekitar satu jam, tergantung pada lalu lintas.
Di Mekkah, moda transportasi utama adalah berjalan kaki; sebagian besar jamaah haji tinggal dalam jarak berjalan kaki dari Masjidil Haram. Kereta listrik (becak kereta dorong) digunakan oleh para pengunjung lansia atau penyandang disabilitas di sepanjang plaza pejalan kaki yang luas. Taksi dan aplikasi pemesanan kendaraan (Careem, Uber) juga beroperasi di kota tersebut, meskipun harganya bisa mahal selama periode puncak haji.
Kereta Cepat Haramain kini menyediakan jalur yang efisien: berangkat dari bandara Jeddah dan Kota Ekonomi Raja Abdullah, kereta ini tiba di Stasiun Haram tepat di luar Mekkah. Kemudian kereta ini berlanjut ke Madinah. Layanan ini (hingga 300 km/jam) dapat mengantar penumpang dari Jeddah ke Mekkah dalam waktu sekitar 30 menit. Jalur kereta ini telah sangat memudahkan akses jamaah haji dalam beberapa tahun terakhir.
Selama haji itu sendiri, transportasi khusus disediakan untuk antar tempat-tempat suci. Jalur Metro Al Mashaaer Al Mugaddassah (dibuka tahun 2010) secara eksklusif melayani jamaah haji dengan menghubungkan Mekkah dengan Mina, Arafat, dan Muzdalifah. Selama hari-hari haji, jalur ini merupakan cara utama bagi jamaah untuk bepergian antar tempat-tempat suci tersebut. Di waktu lain, jalur ini tidak aktif.
Dalam rencana masa depan kota, pejabat kota telah mengusulkan beberapa jalur kereta api perkotaan untuk mengatasi lalu lintas yang terus bertambah. Ada juga pangkalan taksi dan jaringan bus haji yang luas. Secara keseluruhan, meskipun jalan-jalan di Mekkah dapat menjadi padat (terutama di dekat Masjid), kombinasi jalan raya, kereta api, dan angkutan lokal menyediakan banyak cara untuk mencapai kota. Jemaah harus menyediakan waktu perjalanan ekstra selama haji, karena banyak jalan yang sebagian ditutup dan dikontrol.
Safa and Marwah. Kedua bukit kecil ini kini tertutup dalam galeri panjang di dalam Masjidil Haram. Para peziarah harus berjalan atau berlari tujuh putaran di antara bukit-bukit tersebut untuk mengenang pencarian air oleh Hagar. Galeri tersebut dibuka setiap saat, sehingga setiap pengunjung di masjid dapat berdiri di tempat para peziarah telah berdiri selama berabad-abad.
Gunung Arafat (Jabal al-Rahmah). Sekitar 20 km di sebelah timur Mekkah terletak padang Arafah, tempat para peziarah berkumpul untuk berdoa pada Hari Arafah. Puncaknya adalah kubah putih kecil Jabal al-Rahmah (Gunung Rahmat) di puncak bukit. Non-peziarah dapat mengunjungi Arafah pada hari-hari selain haji.
Mina and Muzdalifah. Ini adalah perkemahan peziarah di luar Mekkah. Di Mina, orang dapat melihat tiga pilar tinggi (jamart) tempat para peziarah melempar kerikil selama haji. Muzdalifah adalah tempat para peziarah mengumpulkan batu dan berdoa di bawah langit terbuka pada malam Arafah. Mengunjungi tempat-tempat ini di luar haji diperbolehkan dan memberikan wawasan tentang pengalaman peziarah.
Jabal al-Nour dan Gua Hira. Seperti disebutkan di atas, di bukit berbatu ini, tepatnya di sebelah utara kota, Nabi Muhammad menerima wahyu pertamanya. Sebuah jalan setapak yang curam mengarah ke puncak. Gua kecil itu sederhana – hanya ceruk kosong yang diukir – tetapi bagi banyak peziarah, tempat itu adalah tempat berdoa dan merenung karena makna spiritualnya.
Bayt al-Mawlid (Tempat Kelahiran Nabi). Di kawasan tua Mekkah berdiri Perpustakaan Makkah Al-Mukarramah, yang dikenal sebagai Bayt al-Mawlid. Menurut tradisi, perpustakaan ini terletak di tempat kelahiran Muhammad. Saat ini, rumah aslinya sudah tidak ada lagi (telah dihancurkan), tetapi situs tersebut ditandai oleh perpustakaan yang dibangun dengan gaya Ottoman. Banyak umat Muslim datang untuk melihat situs ini dan berdoa di sana.
Masjid at-Tanʿīm (Masjid ʿĀʾisha). Masjid ini terletak di pinggir jalan di luar Mekkah, di pinggiran kota Tanʿīm. Masjid ini biasanya digunakan oleh para peziarah yang ingin melakukan Ihram di sana untuk umrah (karena kota Mekkah sendiri haram untuk melakukan Ihram kecuali jika seseorang terbang dan sudah dalam keadaan Ihram). Masjid ini dapat menjadi tempat yang nyaman untuk memulai atau mengakhiri ritual ziarah.
Museum dan Pasar. Mekkah juga memiliki objek wisata budaya seperti Museum Arsitektur Dua Masjid Suci (di kompleks Menara Jam) dan Museum Haji. Souk Al-Maabid yang ramai adalah pasar jalanan di dekat masjid yang menjual suvenir dan tekstil. Seluruh pusat kota, dengan lorong-lorong sempitnya, berisi rumah-rumah batu tradisional (yang masih terawat) dan masjid-masjid kecil seperti Masjid Abu Bakar, yang sudah ada sejak berabad-abad lalu.
Apa pentingnya Mekkah dalam Islam? Mekkah adalah kota suci umat Islam karena kota ini merupakan tempat kelahiran Nabi Muhammad dan lokasi Kakbah. Setiap Muslim diharuskan untuk salat menghadap Kakbah (kiblat) di Mekkah, dan melaksanakan ibadah haji tahunan di sana merupakan prinsip utama agama tersebut. Al-Qur'an menyebut Mekkah (dengan sebutan Bakkah) sebagai lokasi "Rumah Ibadah pertama bagi umat manusia," yang menghubungkannya dengan tradisi Abrahamik. Singkatnya, Mekkah melambangkan persatuan, sejarah, dan ibadah Islam.
Mengapa Mekkah disebut kota paling suci? Gelar "kota paling suci" mencerminkan status keagamaan Mekkah yang tak tertandingi. Berdasarkan kesepakatan lama di antara umat Islam, tidak ada kota yang menyaingi kesucian Mekkah. Mekkah berisi Haram al-Makki (Masjid Suci) dan Ka'bah, yang dianggap sebagai Rumah Tuhan yang sebenarnya. Secara historis, di sinilah Islam dimulai, dan ajaran Nabi berakar. Karena semua umat Islam mengarahkan doa mereka ke Mekkah, kota ini memiliki posisi yang sebanding dengan Yerusalem atau Vatikan dalam agama lain. Sebuah sumber terkenal menekankan bahwa pentingnya Mekkah "berasal dari peran yang dimainkannya dalam haji dan umrah dan statusnya sebagai tempat kelahiran Muhammad". Tidak ada kota lain yang diinvestasikan dengan tingkat penghormatan ilahi yang sama.
Bisakah non-Muslim mengunjungi Mekkah? Tidak. Non-Muslim dilarang keras memasuki Mekkah menurut hukum Saudi. Pos pemeriksaan di jalan raya menuju Mekkah memverifikasi status agama para pelancong. Hanya Muslim, dengan visa haji atau visa tinggal yang sah, yang boleh memasuki kota tersebut. Pembatasan ini mencerminkan tradisi Islam dan kebijakan Saudi bahwa kesucian Mekkah harus dijaga secara eksklusif untuk umat beriman. Melanggar aturan tersebut dapat mengakibatkan denda atau deportasi.
Apa itu Kakbah di Mekkah? Kakbah adalah bangunan granit kubik yang terletak di tengah Masjidil Haram (Masjid al-Haram) di Mekkah. Kakbah ditutupi kain hitam (kiswah) dan menandai arah salat bagi seluruh umat Muslim. Tradisi menyatakan bahwa Kakbah awalnya dibangun oleh Abraham dan putranya Ismail sebagai tempat suci monoteistik. Sebelum Islam, bangunan ini menampung ratusan berhala, tetapi sekarang disucikan untuk menyembah satu Tuhan. Setiap tahun, jutaan peziarah berjalan mengelilingi Kakbah dalam ritual tawaf selama haji dan umrah. Dengan demikian, Kakbah melambangkan jantung spiritual Islam bersama.
Berapa banyak orang yang mengunjungi Mekkah setiap tahun? Dalam beberapa tahun terakhir, sekitar 2 hingga 3 juta jemaah haji melakukan ibadah haji setiap tahunnya. Misalnya, ibadah haji tahun 2019 dihadiri oleh 2.489.406 jemaah. Selain haji, jutaan orang lainnya juga melakukan umrah di waktu-waktu lain; perkiraan sering menyebutkan total kunjungan jemaah haji tahunan mencapai lebih dari 10 juta jika semua umrah dihitung. Selama lima hari haji, populasi Mekkah biasanya meningkat tiga kali lipat. Di luar musim haji, kota ini menerima arus wisatawan Muslim dan penduduk dari seluruh dunia, sehingga jumlah pengunjung harian mencapai puluhan ribu.
Bagaimana sejarah Mekkah sebelum Islam? Sejarah awal Mekkah sebagian besar diselimuti legenda, tetapi sumber-sumber arkeologi dan tertulis menunjukkan bahwa kota itu adalah tempat suci dan kota perdagangan. Jauh sebelum Muhammad, Mekkah dikenal dengan Kakbah dan sumur Zamzam, yang dikaitkan dengan pengetahuan Abrahamik. Pada abad-abad sebelum Islam, kota itu adalah pusat ziarah politeistik: pasar suku tahunan diadakan di kota itu. Mekkah juga merupakan persimpangan kafilah untuk perdagangan antara Arabia selatan dan Syria. Tradisi juga mengingat "Tahun Gajah" (570 M) ketika pasukan Abyssinia gagal menghancurkan Kakbah. Dengan demikian, Mekkah pra-Islam sudah signifikan secara budaya dan ekonomi. Bukti arkeologi dan teks-teks kuno menunjukkan bahwa kota itu adalah salah satu dari beberapa kota suci di Arabia, tetapi status politiknya yang tepat saat itu masih dipelajari oleh para sejarawan.
Apa saja ritual utama haji di Mekkah? Ibadah haji mencakup beberapa ritual utama, banyak di antaranya berpusat di Mekkah dan sekitarnya. Jemaah memulai di Mekkah dengan mengenakan pakaian ihram, kemudian melakukan Tawaf dengan mengelilingi Kakbah tujuh kali. Mereka kemudian berjalan di antara bukit Safa dan Marwah (juga di dalam Masjidil Haram) tujuh kali dalam ritual Sa'ī. Selama hari-hari berikutnya, jemaah melakukan perjalanan ke kota tenda Mina dan menghabiskan hari di Gunung Arafat untuk berdoa. Malam itu mereka tinggal di Muzdalifah. Pada hari-hari berikutnya mereka "melempari batu pada setan" dengan melemparkan kerikil ke pilar-pilar di Mina. Akhirnya, mereka kembali ke Mekkah untuk melakukan tawaf terakhir di sekitar Kakbah. Masing-masing langkah ini memiliki makna simbolis yang dalam dalam tradisi Islam, tetapi dalam praktiknya mereka melibatkan kunjungan ke tempat-tempat suci Mekkah, Mina, Arafat, dan Muzdalifah dalam urutan yang ditentukan.
Kapan waktu terbaik untuk mengunjungi Mekkah untuk umrah? Umumnya, musim yang lebih dingin lebih disukai. Musim semi (Maret–April) dan musim gugur (akhir Oktober–November) memiliki cuaca yang lebih sejuk, dengan suhu harian yang tinggi sering kali di bawah 30 °C. Periode ini juga berada di luar puncak musim haji. Banyak pelancong menghindari puncak musim panas (Juni–Agustus), saat suhu sering kali melebihi 40 °C. Ramadan dapat menjadi waktu yang kaya secara spiritual untuk berkunjung, tetapi bulan ini menarik banyak orang dan harga yang lebih tinggi. Jemaah harus berkonsultasi dengan bagan iklim dan membuat rencana berdasarkan cuaca dan kalender Islam. Otoritas pariwisata Saudi mencatat bahwa “Waktu terbaik untuk mengunjungi Mekkah untuk kegiatan luar ruangan adalah akhir Februari hingga pertengahan April dan akhir Oktober hingga pertengahan Desember”.
Bagaimana cara mendapatkan visa untuk Mekkah? Jemaah haji harus memperoleh visa Saudi yang sesuai. Untuk haji, seseorang mengajukan permohonan melalui agen perjalanan terakreditasi yang mengatur paket haji kelompok (Permohonan visa diajukan atas nama jemaah haji oleh agen tersebut). Untuk umrah dan pariwisata, Arab Saudi menawarkan visa umrah/turis. Dalam beberapa tahun terakhir, sistem e-visa daring telah diberlakukan, yang memungkinkan pelancong yang memenuhi syarat untuk mengajukan permohonan secara elektronik (dengan visa saat kedatangan bagi mereka yang memegang visa AS, Inggris, atau Schengen yang masih berlaku). Mulai Juni 2025, skema visa umrah diberlakukan kembali setelah musim haji. Pelamar umumnya memerlukan paspor yang masih berlaku minimal enam bulan, bukti vaksinasi, dan rencana perjalanan yang dikonfirmasi. Disarankan untuk memesan paket wisata yang disetujui Saudi atau menggunakan saluran visa resmi untuk informasi terkini, karena kebijakan dapat berubah.
Apa saja pilihan akomodasi di Mekkah? Mekkah menawarkan ratusan hotel dan wisma tamu. Penginapan yang paling diminati adalah hotel-hotel besar di dekat alun-alun Masjidil Haram – mulai dari jaringan hotel internasional bintang 5 hingga hotel Arab kelas menengah. Memesan lebih awal sangat penting, karena hotel-hotel ini cepat penuh untuk haji dan Ramadan. Jauh dari pusat kota, terdapat wisma tamu dan hotel-hotel sederhana yang lebih terjangkau. Jemaah yang mengikuti tur terorganisir sering kali menginap di Mina selama haji (di perkemahan tenda atau hotel Mina) yang diatur oleh paket. Jemaah yang beranggaran terbatas dapat menginap di kamar bersama atau di Jeddah di dekatnya, menggunakan bus antar-jemput. Pembangunan yang lebih baru (seperti Proyek Wakaf Raja Abdulaziz) menambah puluhan ribu kamar. Pada dasarnya, pilihannya berkisar dari suite mewah dengan pemandangan masjid hingga akomodasi bergaya asrama sederhana; ketersediaan tergantung pada waktu dan anggaran.
Apa yang harus saya kenakan saat mengunjungi Mekkah? Kesopanan diperlukan. Pria harus menutupi bahu dan lutut mereka; selama haji mereka mengenakan pakaian ihram dua potong putih (melambangkan persatuan dan kemurnian). Wanita harus menutupi lengan, kaki, dan rambut mereka minimal (abaya dan jilbab sudah cukup; cadar wajah tidak diwajibkan secara hukum di Mekkah, tidak seperti di beberapa kota Saudi lainnya, tetapi beberapa wanita memilih untuk mengenakannya). Semua pengunjung harus menghindari pakaian ketat atau mencolok dan tidak boleh memperlihatkan lutut, pinggang, atau belahan dada. Pakaian putih untuk pria dan abaya untuk wanita adalah norma. Alas kaki harus berupa sandal atau sepatu sederhana yang dapat dilepas dengan mudah (sepatu dilepas untuk salat di dalam masjid). Secara ketat, aturan berpakaian sejalan dengan standar publik Saudi: rok mini gaya asing, celana pendek, atasan tanpa lengan atau pakaian yang tidak konservatif tidak diperbolehkan. Mematuhi norma-norma lokal sebagai bentuk rasa hormat akan memastikan tidak ada masalah yang muncul di pos pemeriksaan atau di masjid.
Apakah ada batasan bagi wanita di Mekkah? Dalam beberapa tahun terakhir, banyak pembatasan telah dilonggarkan. Sebelumnya, kebijakan Saudi mengharuskan wanita lajang bepergian untuk haji dengan wali laki-laki (mahram). Pada tahun 2021 aturan ini dicabut: wanita lajang sekarang dapat melakukan haji atau umrah tanpa kerabat laki-laki, asalkan mereka memesan dengan operator grup berlisensi. Selain itu, wanita pada dasarnya memiliki hak akses yang sama dengan pria di Mekkah. Semua aturan tentang pakaian sopan berlaku sama. Hukum Saudi melarang pria dan wanita yang tidak memiliki hubungan keluarga untuk tinggal sendirian di kamar pribadi, tetapi ini jarang menjadi masalah bagi jamaah yang tinggal di hotel atau kamp. Secara keseluruhan, Mekkah mengikuti norma-norma Saudi: wanita memiliki akses penuh ke masjid (bagian wanita) dan bebas untuk berpartisipasi dalam semua ritual. Hukum perwalian untuk perjalanan tidak berlaku di Saudi setelah persyaratan visa dan pendampingan dipenuhi.
Apa saja pilihan transportasi di Mekkah? Selain Kereta Haramain dan bandara Jeddah yang telah disebutkan, perjalanan lokal mudah dilakukan. Pusat kota padat, jadi berjalan kaki seringkali lebih mudah. Kereta listrik melayani orang tua. Taksi dan layanan naik kendaraan beroperasi di dalam kota (meskipun tarif naik tajam selama haji). Ada juga bus umum (SAPTCO) yang beredar di sekitar Mekkah dan ke kota-kota tetangga seperti Ta'if. Untuk rute khusus peziarah, jalur Metro Mekkah (Al Mashaaer) beroperasi selama musim haji antara tempat-tempat suci. Pengemudi harus memperhatikan sistem jalan raya Rute Haji: jalur khusus membawa peziarah ke Mina, Muzdalifah, dan Arafat. Mobil pribadi tidak disarankan di dekat Masjidil Haram karena penutupan lalu lintas. Singkatnya, peziarah biasanya bepergian dengan bus atau metro terorganisasi selama haji, dan dengan taksi atau bus selama waktu lain.
Apa saja tempat wisata di Mekkah yang wajib dikunjungi selain Kakbah? Selain Masjidil Haram dan Kakbah, para pengunjung sering melihat bukit Safa dan Marwah (di dalam masjid). Banyak peziarah mendaki Jabal al-Nour untuk mengunjungi Gua Hira (situs wahyu pertama). Bayt al-Mawlid (Perpustakaan Makkah) menandai lokasi kelahiran Nabi. Para peziarah melakukan perjalanan ke Mina (untuk melempar jumrah) dan Arafah (untuk salat Arafah) pada hari-hari haji. Masjid at-Tanʿim (Masjid ʿĀʾisha) di tepi Mekkah dikunjungi oleh banyak orang untuk melakukan ritual umrah. Daya tarik lainnya termasuk masjid-masjid bersejarah (misalnya Masjid Abu Bakar, Masjid Ali bin Abi Talib), pemakaman Al-Ma'la yang semarak tempat banyak tokoh Islam awal dimakamkan, dan pasar suvenir yang ramai di dekat Haram. Meskipun komersial, Abraj Al-Bait Mall di bawah Menara Jam menawarkan tempat berbelanja dan pemandangan kota. Masing-masing situs ini memberikan wawasan tambahan tentang sejarah dan kehidupan beragama Mekkah.
Kisah Mekkah setua dan semaraknya. Sejak awal berdirinya sebagai tempat suci dan kota perdagangan Arab, kota ini menjadi tempat lahirnya Islam dan kini berdiri sebagai satu-satunya tujuan ibadah keagamaan. Setiap batu di Masjidil Haramnya bergema dengan sejarah: jejak para nabi, peziarah, dan penguasa dari berbagai generasi telah menapaki jalan di sini. Di zaman modern, kota ini menyeimbangkan proyek infrastruktur yang megah dengan karakternya yang abadi sebagai pusat spiritual. Bahkan saat gedung-gedung pencakar langit menjulang, jalan-jalan di Mekkah tetap terjalin dengan tradisi selama berabad-abad — penghormatan yang tenang dari penduduknya, cahaya lentera di atas Kakbah, nyanyian para peziarah saat tawaf. Bagi dunia Muslim, Mekkah bukan hanya sebuah tempat di peta, tetapi juga simbol persatuan dan keimanan. Artikel ini berupaya untuk menjelaskan warisan yang mendalam dan realitas kontemporer Mekkah, dengan memberikan panduan komprehensif tentang signifikansi, sejarah, budaya, dan aspek praktisnya. Kota ini bertahan sebagai titik fokus paling suci dari komunitas di seluruh dunia, yang terus diperbarui oleh umat beriman yang tak terhitung jumlahnya yang datang ke sini.
Mata uang
Didirikan
Kode panggilan
Populasi
Daerah
Bahasa resmi
Ketinggian
Zona waktu
Dari masa pemerintahan Alexander Agung hingga bentuknya yang modern, kota ini tetap menjadi mercusuar pengetahuan, keragaman, dan keindahan. Daya tariknya yang tak lekang oleh waktu berasal dari…
Meskipun banyak kota megah di Eropa masih kalah pamor dibandingkan kota-kota lain yang lebih terkenal, kota ini menyimpan banyak sekali kota yang mempesona. Dari daya tarik artistiknya…
Temukan kehidupan malam yang semarak di kota-kota paling menarik di Eropa dan kunjungi destinasi yang tak terlupakan! Dari keindahan London yang semarak hingga energi yang mendebarkan…
Dengan menelaah makna sejarah, dampak budaya, dan daya tariknya yang tak tertahankan, artikel ini membahas situs-situs spiritual yang paling dihormati di seluruh dunia. Dari bangunan kuno hingga…
Lisbon adalah kota di pesisir Portugal yang dengan terampil memadukan ide-ide modern dengan daya tarik dunia lama. Lisbon adalah pusat seni jalanan dunia meskipun…