10 Kota Menakjubkan di Eropa yang Diabaikan Turis
Meskipun banyak kota megah di Eropa masih kalah pamor dibandingkan kota-kota lain yang lebih terkenal, kota ini menyimpan banyak sekali kota yang mempesona. Dari daya tarik artistiknya…
Chikuanga (juga dikenal sebagai roti singkong atau kikwanza) adalah makanan pokok Angola yang telah lama ada dan berakar pada tradisi pedesaan. Roti singkong fermentasi ini, dikukus dalam daun pisang, memiliki tekstur yang padat, kenyal, dan aroma asam yang ringan. Di Angola utara, rumah tangga menyiapkannya beberapa hari sebelumnya: umbi singkong yang baru dipanen (ubi kayu) dikupas dan direndam dalam air selama 2-3 hari agar berfermentasi dan melunak. Setelah dicuci, umbi dihaluskan dan diuleni menjadi adonan. Adonan kemudian dibungkus rapat—secara tradisional dengan daun pisang atau pisang raja—dan direbus selama berjam-jam. Roti yang sudah jadi memiliki rasa yang membumi dan sedikit asam yang selaras dengan saus hangat dari semur dan daging panggang Angola. Meskipun sederhana, chikuanga mencerminkan perpaduan antara kecerdikan Afrika dan pengaruh Portugis: singkong sendiri datang melalui perdagangan kolonial, tetapi teknik fermentasi dan pemasakan lokal membuat umbinya aman dan lezat untuk dimakan.
Karena singkong mengandung racun alami, proses perendaman yang lama sangat penting untuk membuat chikuanga aman dan beraroma. Setelah dikukus, roti menjadi halus dan pucat, hampir seperti roti dalam penampilan. Dapat disajikan hangat atau pada suhu ruang; sering kali, keluarga Angola mengirisnya saat makan dan menggunakannya untuk membersihkan moamba (semur ayam), calulu, atau ikan bakar. Daun pisang tidak hanya menjaga roti tetap lembap tetapi juga memberikan aroma sayuran yang halus. Di banyak komunitas, chikuanga adalah makanan yang menenangkan yang dinikmati pada makan malam sehari-hari serta festival. Chikuanga dapat disimpan dengan baik pada suhu ruang selama beberapa hari, membuatnya praktis dalam pengaturan tanpa pendinginan. Saat ini, meskipun beberapa juru masak mempersingkat proses dengan tepung singkong atau paket foil daun pisang, para tradisionalis masih bersumpah dengan metode lama untuk rasa dan teksturnya yang autentik.
6
porsi48
jam120
menit240
kkalUntuk membuat chikuanga, umbi singkong dikupas dan direndam dalam air selama 2-3 hari untuk fermentasi. Singkong yang telah lunak kemudian dihaluskan menjadi pasta halus dan dicampur dengan air, lalu kelebihan airnya ditiriskan. Sisa adonan dimasak sebentar hingga mengeras. Selanjutnya, dibentuk menjadi balok atau balok dan dibungkus rapat dengan daun pisang (atau kertas aluminium). Terakhir, singkong yang telah dibungkus direbus atau dikukus selama kurang lebih 2 jam hingga matang. Setelah agak dingin, chikuanga dibuka dan diiris. Hasilnya adalah kue singkong yang padat namun empuk dengan sedikit rasa asam. Kue ini paling cocok disajikan bersama hidangan berkuah, agar roti dapat menyerap cita rasa yang menyertainya.
Umbi singkong (ubi kayu): 4 buah ukuran sedang (berat total sekitar 2 kg) – dikupas dan dicincang. Akar bertepung ini adalah satu-satunya bahan utama. Anda bisa menggunakan singkong segar atau tepung singkong mentah yang dibeli di toko; rendam hingga terfermentasi jika menggunakan singkong segar.
Air: Cukup untuk merendam dan merebus (beberapa liter). Digunakan untuk fermentasi dan memasak.
Daun pisang (atau daun pisang raja): 4–6 lembar daun besar – dibersihkan dan dipotong-potong. Pembungkus tradisional; jika tidak tersedia, gunakan perkamen atau aluminium foil.
Garam: 1 sdt (opsional) – sesuai selera, ditambahkan setelah fermentasi untuk menambah rasa.
Minyak: 1 sdm (opsional) – sedikit minyak yang diremas ke dalam adonan dapat memperbaiki tekstur, meskipun tidak tradisional.
Waktu Langkah: Perendaman memerlukan waktu 2–3 hari (tanpa pengawasan), perebusan ~2 jam, langkah lainnya merupakan persiapan cepat.
Rendam singkong (48–72 jam). Masukkan potongan singkong yang sudah dikupas ke dalam mangkuk atau ember non-reaktif dan rendam dalam air hingga benar-benar terendam (gunakan pemberat) dan ganti air setiap hari jika memungkinkan. Fermentasi membuat singkong menjadi asam dan lunak.
Siapkan adonan (30 menit). Tiriskan dan bilas singkong fermentasi. Buang serat-seratnya. Tumbuk atau haluskan hingga menjadi bubur halus. Pindahkan ke panci, tambahkan sedikit air bersih, dan masak dengan api kecil sambil diaduk hingga membentuk adonan kental yang mudah dilepaskan dari panci (sekitar 5-10 menit). Angkat dari api.
Bentuk dan bungkus (15 menit). Uleni adonan panas sebentar di atas permukaan yang telah ditaburi tepung (tepung singkong) hingga halus. Bagi menjadi dua atau tiga bagian dan gulung menjadi balok atau balok. Bungkus setiap balok dengan rapat menggunakan daun pisang, lipat tepinya hingga rapat. Ikat dengan benang dapur jika perlu agar bentuknya tidak berubah. Pastikan daun menutupi adonan sepenuhnya untuk mencegah kebocoran.
Kukus/rebus chikuanga (2 jam). Masukkan roti yang sudah dibungkus ke dalam panci besar berisi air mendidih (cukup untuk merendamnya), atau siapkan pengukus. Tutup dan masak dengan api kecil selama 2 jam. Daunnya mungkin berwarna cokelat; ini normal. Chikuanga matang ketika bagian dalamnya padat dan buram.
Buka bungkusnya dan sajikan (5 menit). Keluarkan chikuanga dari panci dan biarkan dingin hingga mudah dipegang. Buka bungkusnya dan potong-potong menjadi irisan atau bulatan. Sajikan hangat atau pada suhu ruang, dengan semur atau daging panggang.
Gizi | Jumlah per sajian 150g | % Nilai Harian* |
Kalori | 240 kkal | — |
Total Lemak | 0,3 gram | <1% |
Lemak Jenuh | 0 gram | 0% |
Sodium | 14 mg | <1% |
Total Karbohidrat | 60 gram | 20% |
Serat Makanan | 2 gram | 8% |
Gula | 2 gram | — |
Protein | 2 gram | 4% |
Meskipun banyak kota megah di Eropa masih kalah pamor dibandingkan kota-kota lain yang lebih terkenal, kota ini menyimpan banyak sekali kota yang mempesona. Dari daya tarik artistiknya…
Temukan kehidupan malam yang semarak di kota-kota paling menarik di Eropa dan kunjungi destinasi yang tak terlupakan! Dari keindahan London yang semarak hingga energi yang mendebarkan…
Prancis dikenal karena warisan budayanya yang penting, kulinernya yang istimewa, dan pemandangan alamnya yang menarik, sehingga menjadikannya negara yang paling banyak dikunjungi di dunia. Mulai dari melihat bangunan kuno…
Dari masa pemerintahan Alexander Agung hingga bentuknya yang modern, kota ini tetap menjadi mercusuar pengetahuan, keragaman, dan keindahan. Daya tariknya yang tak lekang oleh waktu berasal dari…
Perjalanan dengan perahu—terutama dengan kapal pesiar—menawarkan liburan yang unik dan lengkap. Namun, ada keuntungan dan kerugian yang perlu dipertimbangkan, seperti halnya jenis perjalanan lainnya…